Senin, 20 Februari 2012
Review Novel : KONSER
Novel ini merupakan novel karangan
Meiliana K. Tansri bertemakan cinta dengan latar klasik. Membaca novel ini
membuat saya mengagumi sosok pengarang yang menuturkan kisah ini dengan gaya
bahasa yang sangat apik dan ending cerita yang tak diduga sama sekali
sehingga ketika dibaca novel ini tidak hanya seperti novel chicklit biasa
yang digemari oleh para remaja bahkan orang dewasa.
Tokoh utama dari
novel ini adalah sang pianis, Fajar, yang memiliki impian untuk membuat konser
tunggal pertama. Demi memenuhi impian besar itu, dia menikahi seorang gadis
kaya bernama Ellise yang sangat mencintainya dengan tulus. Sedangkan Fajar
sendiri tak pernah mencintai istrinya. Konflik terjadi ketika Kirana, gadis
pemain biola yang juga anggota orkestra 'Simfoni Bintang' itu jatuh cinta
terhadap Fajar. Kirana sesungguhnya berasal dari keluarga kaya raya sebelum
ayahnya yang seorang pialang saham meninggal karena ditabrak mobil. Demi
menyambung hidup ibunya yang sakit2an dan membiayai sekolah adik-adiknya,
Kirana masuk menjadi salah satu anggota orkestra tempat Fajar menjadi salah satu anggotanya.
Cinta gadis lugu itu tidak bertepuk sebelah
tangan, Fajar pun menyambutnya. Cinta kepada Kirana membuat Fajar rela
meninggalkan istrinya bahkan mimpinya. Cinta yang salah tempat, karena Fajar
adalah seorang pria beristri. Ellise yang mengetahui pengkhianatan suaminya,
bertekad untuk mempertahankan Fajar walaupun harus mengorbankan dirinya. Karakter
Ellise sebagai anak tunggal dari Suhendro yang egosentris, membuatnya tidak
segan merusak biola kesayangan Kirana bahkan Ellise sendiri sempat mengumpatnya. Tapi perselingkuhan tetaplah salah. Lebih
salah lagi, karena Fajar dan Kirana menodai cinta mereka hingga akhirnya Kirana
hamil pada saat Ellise sedang berjuang mengandung buah hati suaminya. Kirana yang putus asa sepeninggal
ibunya, memutuskan untuk menikah dengan Mr.X..(lupaaa namanya siapa..sedangkan benih Fajar sudah
tumbuh di dalam rahimnya. Ellise bukanlah perempuan bodoh. Dia adalah wanita
yang cerdas.
“...ada hal-hal yang diketahui dengan hanya mencium aroma sehelai
kemeja”
“Kalau aku mati, tanpa meninggalkan keturunan untuk
meneruskan garis darah ayahku, seluruh bagianku dari hartanya akan jatuh ke
tanganmu. Itu rencanamu? Aku bisa maklum. Jaminan materi adalah hak semua
orang, Tidakkah kau memiliki sedikit kesabaran untuk menunggu sampai aku mati?
Aku tahu umurku tidak akan panjang, Fajar. Impianku hanya sebagai orang yang
bahagia. Mengapa kau tidak bisa menunggu,...?”
Yang terburuk
terjadi. Ellise yang pada awalnya dilarang untuk hamil karena kondisi fisik
lemah, mengalami pendarahan. Ellise meninggal. Pada awalnya, Fajar
berpikir klo kematian Ellise mungkin
membawanya kepada kelegaan. Membuat dirinya terbebas. Ternyata tidak, dia tidak
merasa lega, tapi merasa bersalah, menyesal setengah mati bahkan tidak berani
melihat wajah tidur abadi Ellise karna takut akan dihantui penyesalan seumur
hidup. Fajar lebih terpukul lagi, ketika
sang bayi yang diberi nama Rosemary,
yang berusaha diselamatkan Ellise tidak dapat bertahan, pergi bersama Ellise.
Cover novelnya cukup sederhana, sebuah piano. Kalo
dari review di atas, mungkin terkesan kalo saya lebih menonjolkan tokoh Ellise
dan Fajar, sedangkan tokoh utama dari novel ini adalah Kirana. Yupii..itu karna
saya sangat menyayangkan tindakan Kirana dan Fajar. Pertama kali saya membaca
novel ini, sebenarnya saya tidak suka dengan Ellise, namun di bagian belakang,
akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa korban dari segala konflik dalam
cerita ini adalah Ellise. Ellise sempat berkata pada ayahnya, bila pertemuan
Fajar dan Kirana yang menjadi awal
penderitaan Ellise karna dikhinati oleh suaminya sendiri adalah buah karma dari
kesalahan ayahnya. Kecelakaan mobil yang menyebabkan kematian ayah Kirana
adalah skenario kotor ayahnya Ellise sendiri.
kalo saja ayah Kirana tidak meninggal, mungkin Kirana tidak perlu masuk orkestra Simfoni Bintang, bersusah payah mencari nafkah, hingga bertemu dengan Fajar.
Ending cerita ini menurut saya cukup membahagiakan.
Kirana akhirnya memilih untuk hidup membaktikan diri pada sang suami yang mau
menerima anak yang dikandungnya sebagai anaknya sendiri. Sedangkan Fajar
berhasil mengadakan konser tunggal bernama Fur
Ellise, konser solo pertamanya yang dia persembahkan untuk sang istri
tercinta. Di bagian akhir cerita, setelah acara konser selesai,Fajar memainkan
instrumen Fur Ellise di panggung,
mempersembahkannya kepada kedua orang yang paling dicintai seumur hidupnya,
Ellise dan Rosemary..untuk semua kenangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar